5 Alasan Untuk Berwisata Ke Kota Medan
Terkaget-kaget mendengar orang Medan yang berbicara seperti teriak marah-marah atau ngajak berantem?pusing melihat arus lalu lintas Kota Medan yang seperti arena bom bom car dan orang-orang yang menganggap lampu merah sebagai lampu taman? Dibalik itu, Kota Medan menyimpan sejuta pesona dan alasan untuk dikunjungi. Lima diantaranya adalah :
1. Pusat Kuliner
Medan is a city where the word diet does never exist!! Lupakan segala pantangan, diet atau program pengurangan porsi makan. Menjajal kuliner adalah must
to do di kota ini. Kultur kuliner di Medan yang kental menyebabkan
makan tak pernah mengenal kata dosa (kecuali yang haram bagi agama
tertentu). Pepatah Melayu, suku asli yang mendiami kota ini menyebutkan
“biar rumah rubuh asal makan gulai lemak” menunjukkan kesenangan akan
makan, yang menjadi tradisi penduduk kota ini. Makan adalah elemen
penting untuk mempererat hubungan kekeluargaan, sosial maupun bisnis.
Dampaknya adalah, makan (enak) menjadi momen yang sangat dinikmati.
Menjamurnya bisnis makanan bukan hanya untuk mengakomodir kebutuhan
wisatawan tapi memfasilitasi hasrat dan gairah makan penduduknya
sendiri.
Menikmati kuliner kota Medan punya sensasi lebih di malam hari. Seperti menikmati seafood
segar di daerah Belawan dengan pemandangan ke laut. Harus sedikit
pasrah ketika tersesat di belantara restoran, kafe dan warung aneka
warna dengan aneka makanan mulai dari kerang rebus, sate kerang, lontong
medan malam, kolak durian, hingga yang “serius” seperti bebek, dimsum,
mie rebus, martabak mesir dan masih banyak lagi di daerah RingRoad,
Jalan Semarang, Jalan Pagaruyung di Kampung Keling atau Merdeka Walk.
Menikmati suasana di semua kawasan ini, ibarat menonton film besutan
sutradara kenamaaan Wong Kar Wai, penuh warna, dinamika, dan rasa.
Salah
satu gerai yang bisa dicoba di Merdeka Walk adalah Nelayan atau
Jala-jala yang juga ada di Mall-mall lain (Sun Plaza, Plaza Medan Fair,
Swiss-Bel Hotel). Menu andalannya adalah dim sum, yang kekuatannya
sebenarnya terletak pada sausnya, kwitiau siram, serta hidangan penutup
pancake durian. Khusus penikmat pancake durian, yang paling dahsyat
menurut saya adalah Mei Cin Pancake Durian (di Jalan Ketapang 3E). Bisa
beli untuk dimakan langsung atau dibawa sebagai oleh-oleh. Mereka
menyiapkan packaging khusus untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Jadi tidak usah khawatir aroma duriannya kemana-mana.
Pilihan
pagi dan siang hari bisa dimulai dari kawasan Kesawan, salah satu
daerah bangunan-bangunan tua. Di mana ada Soto Udang Kesawan di Jalan
Ahmad Yani atau cabangnya di Jalan Sei Batang Hari. Ingin kembali ke
masa lalu ada restoran Tip Top. Restoran ini menjadi destinasi nostalgila bagi wisatawan Belanda karena sudah berdiri sejak 1934. Es krim soda andalan juga terdapat di kawasan ini.
Soto Udang Khas Medan
Mau
mencoba Mie Rebus Medan yang jelas berbeda dengan mie rebus biasa di
kota lain di Indonesia ada di setiap sudut kota, tapi yang cihuy
ada di Sei Sikambing ruko samping Sekolah Panca Budi. Masih penasaran
dengan soto, ada Soto Sinar Pagi yang melegenda. Jangan datang terlalu
siang karena bisa kehabisan. Kalau di Jakarta ada Es krim Ragusa di
Medan ada Es krim Ria. Es krim jadul ini masih mantap dinikmati
dimasa kini. Atau kalau berani,coba minum es campur khas Medan yang
terdiri dari tape ketan hitam, tape singkong, cendol, delima, lengkong
(cincau) hitam, disiram santan dan gula merah. Kenapa saya bilang
berani, karena kalau minum es campur dan makannya Mie Sop khas Medan,
suami di sebelah juga tidak kelihatan ;)
Mie
Aceh yang enak justru bukan di Aceh, melainkan ada di kota ini. Mie
Aceh Titi Bobrok dengan menu andalan Mie Aceh kepiting tidak boleh
dilewatkan. Kepitingnya dihidangkan satu ekor besar diletakkan di atas
mie. Masih ingin menambah dosa kalori, ada sop sum-sum yang masih
tetanggaan dengan Mie Aceh di Titi Bobrok. Sop sum-sum yang lebih nampar ada di depan supermarket Berastagi di Jalan Gatot Subroto bernama sop sumsum Aceh.
Jangan
menarik nafas dulu…karena saya belum selesai dengan daftar ini. Untuk
oleh-oleh, mungkin bolu gulung Meranti sudah menjadi ikon. Tapi merk ini
tidak sendiri. Ada Clover, Tahiti dan Majestik yang memang punya
penggemar masing-masing. Sama dengan bika ambon Ati, yang merupakan bika
ambon pertama di Kota Medan, sebelum akhirnya Zulaikha datang dengan
berbagai pilihan rasa dan tidak terlalu eneg. Kalau ke Medan, saya tidak
pernah lupa beli aneka snack dan kacang dari Asli atau A1 yang tokonya
di depan Hotel Swiss-Bel. Makanan ini cabang dari toko di Kota Pematang
Siantar. Serta sirup kedondong, buah ketna dan mangga muda, serta
manisan buah yang segar di Jalan Majapahit Gang Pasir. Atau manisan
jambu biji (di Medan namanya jambu klutuk) dan sirup terong belanda
serta sirup markisa. Ingin bawa buah durian dari Medan? bisaaaa…tinggal
pergi ke kawasan Glugur By Pass dan Jalan Sei Sikambing – Sunggal.
Mereka menyediakan packaging khusus untuk buah durian. Untuk
penggemar durian, ada Durian House di Jalan Sekip. Tapi untuk pancake
durian, sampai saat ini saya masih rekomendasi Mei-Cin Durian. Ok.
Sebaiknya saya berhenti dengan list makanan ini karena saya mulai lapar.
2. Kaya Budaya dan Bangunan Bersejarah
Jangan
bayangkan kota Medan dipenuhi orang-orang berperangai kasar dan
berbicara dengan logat batak seperti yang dicitrakan di televisi
Indonesia. Medan dulunya adalah melting pot, yang mempengaruhi
kebudayaan masyarakatnya sampai saat ini. Di kota ini penduduk asli
adalah melayu deli berbaur dengan Suku Karo, Jawa, keturunan Cina,
Minang, warga keturunan India, Batak, dan Aceh. Akhirnya kebudayaan yang
ada adalah budaya orang Medan.
Salah satu gedung tua yang menjadi kantor di Kesawan
Untuk pencinta bangunan tua dan seni, Medan sangat prospektif dari sisi ini. Bangunan
tua yang memenuhi bagian pusat kota masih dapat dilihat hingga saat
ini. Walaupun beberapa dalam keadaan tidak terawat dan membuat hati
miris, bangunan tua ini masih menyisakan sisi menarik. Sebagian
berfungis sebagai rumah tinggal dan ruang perekonomian. Pada beberapa
gedung tua utama di kota ini masih terdapat angka tahun (Anno >>
kemudian angka tahun) yang menunjukkan tahun berapa bangunan tersebut
berdiri, seperti yang terdapat pada bangunan-bangunan di kota-kota di
Eropa Barat.
Kawasan
Kesawan sampai saat ini masih menyisakan bangunan tua yang sebagian
besar masih difungsikan untuk kegiatan ekonomi seperti kantor, warung,
restoran, butik dan toko olahraga. Eksplorasi bangunan tua diantaranya
adalah seperti rumah tua Tjong A fie (Kesawan), Istana Maimun (Jalan
Brigjend Katamso), serta bangunan ibadah seperti Mesjid Raya Al-Mashun,
Klenteng Gunung Timur (Jalan Hang Tuah), Kuil Shri Mariamman (Kampung
Keling), serta segelintir rumah panggung asli Melayu Deli yang masih
tersisa di Jalan Mantri.
Kemegahan interior Istana Maimun
3. Gerbang Menuju Natural Wonders yang Diakui Dunia
Medan adalah gerbang menuju natural wonders, destinasi wisata alam di propinsi yang sama bahkan ke propinsi lain. Diantaranya
Danau Toba, danau vulkanis terbesar di dunia ini dapat dicapai dari
Medan dengan mobil atau angkutan umum selama 3,5 – 4 jam. Danau
yang terbentuk akibat letusan terdahsyat sepanjang sejarah manusia ini
masih menyimpan misteri dan temuan-temuan yang ingin diungkap oleh para
peneliti.
Danau
Toba masih menjadi tujuan weekend favorit dari kota-kota terdekat untuk
menikmati pemandangan pegunungan dan danau, olahraga air, atau piknik.
Di beberapa bagian masih terdapat hutan pinus alami.
Selain
itu, ada Berastagi, kota wisata yang dapat ditempuh selama 2 jam dari
Kota Medan. Menurut Dekan Fak. Teknik USU Dr. Armandsyah Ginting
(Personal Comm., 2011) yang asli Karo, Berastagi dulunya adalah kota
tempat tinggal favorit warga Belanda karena udaranya yang sejuk segar
dan menjadi lokasi penyembuhan berbagai penyakit termasuk penyakit
pernafasan. Kegiatan lain adalah belanja di pasar buah, berkuda, ngopi,
dan berwisata kuliner.
Natural
wonders yang sebenarnya di daerah ini adalah Taman Nasional Gunung
Leuser, kawasan seluas 17 kali wilayah DKI Jakarta ini menganugerahkan
Bukit Lawang (2 jam dari Medan) untuk melihat Orangutan, tubing
dan berenang, serta Tangkahan (3-4 jam dari Medan) untuk melihat gajah,
memandikan gajah, atau trekking dengan gajah di hutan yang masih alami
selain juga melihat satwa lain. Ingin tahu asiknya bertemu Orangutan
Bukit Lawang dan gajah di Tangkahan? Jangan lupa baca buku terbaru saya
ya :D The Green Traveler: Catatan Perjalanan Ekowisata Keliling Indonesia *promosi
mode on*. Taman nasional ini juga memberikan derasnya aliran Sungai
Binge dan Sungai Wampu menjadi tempat rafting yang super heboh.
Melihat Orangutan di Bukit Lawang
Trekking gajah di Tangkahan
4. Unique Shopping
Tak
percaya Medan kota shopping? Kalau mall, sama saja dengan kota-kota
lain di Indonesia. Tapi di butik-butik dan toko-tokonya, membanjir
barang-barang seperti pakaian, sepatu, aksesoris, kacamata, dan banyak
lagi dari Hongkong, Korea, Cina yang juga bersaing dengan produk dalam
negeri. Mulai dari kelas mall di Sun Plaza hingga kelas pasar di Pasar
Petisah (di Medan pasar disebut pajak) serta toko-toko di daerah kota
tua di Medan.
5. Punya Banyak “Tetangga”
Medan
tidak sekedar Untuk rute domestik, dari Medan dapat menuju Pulau Nias,
Pekanbaru, Padang dan Bukit Tinggi, Banda Aceh, dan banyak kota lainnya.
Medan juga dipilih menjadi hub
bagi kota lain-lain di luar negeri. Dari Medan sangat mudah menuju
Penang, Kuala Lumpur, Singapura, Puket atau Bangkok. Jadi setelah berada
di Medan, kamu bisa dengan mudah melanjutkan perjalanan ke daerah lain
di Indonesia atau beberapa negara tetangga.
Bagaimana, kamu setuju dengan saya ?